MAKALAH
“Struktur Atomik”
DISUSUN
UNTUK MELENGKAPI TUGAS DALAM PERKULIAHAN
FISIKA
MODERN
Di susun
oleh:
1. Ghea Lucki Utami A1E013035
2. Ria Hidayati A1E013027
3. Yesy Oktalia A1E013031
4. Yumni Hanina A1E013019
Dosen Pengampu : Drs. Nyoman Rohadi, M.Sc
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala
atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Model-Model
Atom, Hamburan Partikel Alfa, dan Rumusan Hamburan Rutherford
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Fisika Modern Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Fisika Universitas Bengkulu tahun ajaran 2015/2016.
Makalah ini berhasil penulis selesaikan sesuai
waktu yang direncanakan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Orang tua dan seluruh keluarga yang tiada jemu
mengobarkan semangat penulis untuk selalu belajar maupun menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak
Drs. Nyoman Rohadi, M.Sc yang telah memberikan materi dan bimbingan
dalam penyusunan makalah ini.
3. Teman-teman kelas A Pendidikan Fisika 2013 dan semua pihak yang turut andil dalam penyelesaian makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Apabila dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, hal itu karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan
datang. Penulis berharap makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.
Bengkulu, Oktober
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan struktur atom
disumbangkan oleh banyak ilmuwan. Kronologi dari struktur atom mengungkapkan
penemuan partikel atom dan pengaturan mereka di dalam atom.
Atom adalah blok bangunan dari semua
zat. Sebuah atom terdiri dari tiga partikel – neutron (tanpa biaya), proton
(bermuatan positif) dan elektron (bermuatan negatif). Jumlah proton hadir dalam
atom disebut nomor atom, sedangkan massa atom adalah jumlah proton ditambah
rata-rata jumlah neutron. Setiap unsur yang berbeda yang ditemukan di alam
berbeda dalam jumlah dari ketiga partikel atom. Secara umum nomor atom
digunakan untuk mendefinisikan sebuah unsur, misalnya, suatu unsur dengan nomor
atom 8 adalah oksigen dan sebaliknya. Sebuah unsur memiliki sejumlah tetap
proton, tetapi dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Atom dengan
jumlah neutron yang berbeda disebut sebagai isotop.
Gambar 1 Struktur atom
Gagasan atom itu ada sejak jaman
Yunani. Hal itu disampaikan oleh Democritus (460 SM) sebagai Atoma, bahasa
Yunani yang berarti tak dapat dibagi. Namun, pujian sebenarnya untuk penemuan
atom masuk ke John Dalton yang mengajukan teori atom dan menyarankan bahwa
semua hal terdiri dari partikel padat bola yang disebut atom. Setelah penemuan
atom, banyak perbaikan yang telah dibuat tentang atom dan struktur atom.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Penemuan Struktur Atom
Dari zaman yunani kuno hingga
sekarang, model dan teori atom terus berkembang. Melalui model dan teori atom,
kita dapat mengetahui struktur suatu atom. Perkembangan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari upaya para ilmuwan diantaranya Democritus, John Dalton, J.J.
Thomson, Rutherford, Niels Bohr, Schrodinger, de Broglie dan lain sebagainya.
1. Leukippos
dan Demokritus (460 – 380 SM)
Leukippos
merupakan orang pertama yang mencetuskan tentang keberadaan atom. Beliau
bersama dengan Demokritus muridnya mengemukakan bahwa materi terbentuk dari
partikel yang sudah tidak terbagi lagi. Yang kemudian mereka namai dengan
sebutan atom (Yunani:atomos = tak terbagi). Namun,
Pendapat ini ditolak oleh Aristoteles, Dia berpendapat bahwa materi bersifat
kuntinu (materi dapat dibelah terus-menerus sampai tidak berhingga). Oleh
karena Aristosteles termasuk orang yang sangat berpengaruh pada masa itu,
gagasan tentang atom memudar dan tidak mengalami perkembangan selama
berabad-abad lamanya.
2. Gassendi
(1592-1655 M)
Pemikiran tentang keberadaan atom
muncul kembali. Sekitar tahun 1592 – 1655 Gasendi mengemukakan bahwa atom
merupakan bagian terkecil suatu zat. Isaac Newton (1642 – 1727), seorang
ilmuwan yang sangat berpengaruh pada masa itu, mengemukakan dukungannya tentang
keberadaan atom.
3. Teori
atom Dalton (1808 M)
Berdasarkan berbagai penemuan pada masa itu,
John Dalton merumuskan teori atom yang pertama sekitar tahun 1803-1807, yang
kita kenal sebagai teori atom Dalton. Berikut adalah postulat-postulat dalam
teori atom Dalton.
a.
Setiap unsur terdiri atas partikel yang sudah tak
terbagi yang dinamai atom.
b.
Atom-atom dari suatu unsur adalah identik. Atom-atom
dari unsur yang berbeda mempunyai sifat-sifat yang berbeda, teimasuk mempunyai
massa yang berbeda.
c.
Atom dari suatu unsur tidak dapat diubah menjadi atom
unsur lain, tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan. Reaksi kimia hanya
merupakan penataan ulang atom- atom.
d.
Senyawa terbentuk ketika atom-atom dari dua jenis
unsur atau lebih bergabung dengan perbandingan tertentu.
Namun pada perkembangannya, terdapat
kelemahan dari teori atom Dalton ini, di antaranya :
a.
Tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi.
b.
Tidak dapat menjelaskan cara atom-atom saling berikatan.
c.
Tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur
yang satu dengan unsur yang lain.
Meskipun demikian, Teori atom Dalton
diterima karena dapat menjelaskan dengan baik beberapa fakta eksperimen pada
masa itu, di antaranya Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap
dengan baik.
4. Hipotesa
Prout (1785-1855)
Hipotesis Prout adalah upaya yang
dilakukan di awal abad kesembilan belas untuk menjelaskan keberadaan beberapa
unsur kimia melalui hipotesis tentang struktur internal dari atom . Pada 1815
dan 1816 , kimiawan Inggris William Prout menerbitkan dua artikel di mana ia
mencatat bahwa berat atom yang telah ditetapkan untuk unsur yang dikenal pada
saat itu tampaknya menjadi beberapa dari semua berat atom hidrogen . Akibatnya,
hipotesis bahwa atom hidrogen adalah satu-satunya benar-benar mendasar, dan
bahwa atom elemen lain sebenarnya kelompok dari beberapa atom hidrogen.
5. Model
Atom Thomson
Pada
Tahun 1900, J. J Thomson menemukan Elektron. Penemuan elektron berkaitan dengan
percobaan-percobaan tentang hantaran listrik melalui tabung hampa. Melalui
percobaan dapat ditunjukkan bahwa perpendaran itu disebabkan oleh suatu radiasi
yang memancar dari permukaan katode menuju anode. Oleh karena berasal
dari katode, maka radiasi ini disebut sinar katode. Percobaan
lebih lanjut menunujukan bahwa sinar katode merupakan radiasi partikel
yang bermuatan listrik negatif. Selanjutnya, Thomson menamakanya elektron. Berdasarkan hal itu, Thomson menyimpulkan
bahwa elektron merupakan partikel dasar penyusun atom.
Setelah
penemuan elektron pada tahun 1900, J. J Thomson mengajukan model atom yang
menyerupai roti kismis. Model ini kemudian, dikenal sebagai model atom Thomson yaitu ; Atom
merupakan bola bermuatan positif yang
terdistribusi
merata meliputi seluruh bola, dan elektron-elektron yang tersebar di dalam muatan positif tadi. Menurut Thomson, atom terdiri dari
materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis
dalam roti kismis. Kismis
mempresentasikan elektron yang bermuatan negatif dan diskrit dengan
massa yang sangat kecil dibanding
dengan atom secara keseluruhan. Roti
(tanpa kismis) merupakan bola atom dengan massa dan muatan listrik positif terbesar secara merata.
Yang diuraikan sebagai berikut :
a. Atom
tersusun atas muatan-muatan positif yang tersebar merata dalam seluruh volume
bola
b. Muatan-muatan
negatif (elektron) melekat pada permukaan bola positif di titik-titik/posisi
tertentu.
c. Massa
keseluruhan atom terdistribusi secara merata dalam seluruh volume bola
d. Elektron
tidak bergerak mengelilingi inti dan tetapi bergetar pada frekuensi tertentu
diposisinya.
Gambar 2. model Thomson
Thomson
membangun model atom tersebut berdasarkan asumsi-asumsi fisika klasik yaitu :
1. Dinamika
suatu atom mengikuti hukum mekanika Newton
2. Radiasi
dari suatu atom mengikuti teori gelombang elektromagnet Maxwell
6. Model
Atom Rutherford
Pada tahun 1910, Ernest Rutherford
bersama dua orang asistennya, yaitu Hans Geiger dan Ernest Marsden, melakukan
serangkaian percobaan untuk mengetahui lebih banyak tentang susunan atom.
Mereka menembaki lempeng emas yang sangat tipis dengan partikel sinar alfa
berenergi tinggi.
Mereka menemukan bahwa sebagian besar
partikel alfa dapat menembus lempeng emas tanpa pembelokkan berarti, seolah-olah
lempeng emas itu tidak ada. Akan tetapi, kemudian mereka menemukan bahwa
sebagian kecil dari partikel alfa mengalami pembelokan yang cukup besar, bahkan
di antaranya dipantulkan.
Adanya partikel alfa yang terpantul
mengejutkan Rutherford. Partikel alfa yang terpantul itu pastilah telah
menabrak sesuatu yang sangat padat dalam atom. Fakta ini tidak sesuai dengan
model yang dikemukakan oleh J. J Thomson, dimana atom digambarkan bersifat
homogen pada seluruh bagiannya.
Pada
tahun 1911, Rutherford menjelaskan penghamburan sinar alfa dengan
mengajukan gagasan tentang inti atom. Menurut
Rutherford, sebagian besar dari massa dan muatan positif atom terkonsentrasi
pada bagian pusat atom yang selanjutnya disebut inti atom. Elektron beredar
mengitari inti pada jarak yang relatif sangat jauh. Lintasan elektron itu
disebut kulit atom.
Gambar 3. Diagram skematik partikel alpha yang tersebar dari atom dalam
lempeng
emas tipis
Namun,
terdapat kelemahan pada teori atom Rutherford yakni tidak dapat menjelaskan
elektron itu tidak jatuh ke intinya. Menurut teori fisika klasik, gerakan
elektron mengitari inti akan disertai pemancaran energi berupa radiasi
elektromagnet. Dengan demikian, energi elektron semakin berkurang dan
gerakannya melambat sehingga membentuk lintasan spiral dan akhirnya jatuh ke
inti atom.
7. Model
atom bohr (1913), Spektrum hidrogen
Pada
tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom dan teori kuantum yang
dikemukakan oleh Max Planck, Niels Bohr mengajukan model atom hidrogen. Model
atom hidrogen menurut Bohr menyerupai sistem tata surya. Elektron dalam atom
hanya dapat berada pada tingkat energi tertentu. Artinya, elektron hanya dapat
beredar pada lintasan tertentu saja. Elektron dapat berpindah dari satu kulit
ke kulit lain disertai pemancaran atau penyerapan sejumlah tertentu energi.
8. Model
Atom Mekanika Kuantum (1926), Hipotesa de Broglie
Teori atom Bohr hanya sesuai untuk
atom hidrogen. Selain itu, pada perkembangan selanjutnya diketahui bahwa
gerakan elektron menyerupai gelombang. Oleh karena itu, posisi elektron tidak
mungkin dapat dipastikan. Dengan kata lain, orbit elektron yang berbentuk
lingkaran dengan jari-jari tertentu seperti yang dikemukakan Niels Bohr tidak
dapat diterima.
Pada tahun 1926, dengan menggunakan
pemikiran Louis de Broglie bahwa partikel berperilaku seperti gelombang, Erwin
Schrödinger mengembangkan suatu model atom matematis yang menggambarkan
elektron sebagai gelombang tiga dimensi daripada sebagai titik-titik partikel.
Menurut teori atom mekanika kuantum, meski elektron mempunyai tingkat energi
tertentu, posisinya tidak dapat dipastikan. Yang dikatakan tentang posisi
elektron adalah peluang untuk menemukannya. Daerah dengan peluang terbesar
untuk menemukan elektron tersebut disebut orbital. Orbital
biasanya digambarkan berupa awan dengan ketebalan yang bervariasi. Awan yang
lebih tebal menyatakan peluang yang lebih besar untuk menemukan elektron dan
sebaliknya. Teori atom mekanika kuantum dapat menjelaskan struktur atom yang
lebih kompleks (atom multielektron).
2.2 Model Atomik
Walaupun ilmuwan dalam abad sembilan
belas menerima ide bahwa unsur kimiawi terdiri dari atom-atom, mereka tidak
mengetahui tentang atom itu sendiri. Penemuan elektron dan pengetahuan semua
bahwa semua atom mengandung elektron menyiapkan pandangan yang penting mengenai
struktur atomik. Elektron mengandung muatan listrik negatif, sedangkan atom
muatan listriknya neutral: jadi setiap atom harus mengandung cukup materi
bermuatan positif untunk menyimbangi muatan negatif elektron-elektronnya. Lebih
lanjut lagi, elektron beribu-ribu kali lebih ringan dari keseluruhan; hal ini
menimbulkan dugaaan bahwa bagian materi bermuatan positif dari atom yang menentukan
hampir seluruh massa atom.
Ketika JJ. Thomson(1998) mengusulkan
bahwa atom merupakan bola bermuatan positif serba sama yang mengandung
elektron, hipotesisnya dianggap sangat nalar. Model plum-pudding (model kue)
Thomson-disebut demikian karena menyerupai kue yang berkismis - dibuat sketsanya
dalam (Gambar 4). Walaupun persoalan tersebuat sangat penting, seperti yang
akan kita lihat, memaksa kita untuk meninggalkan model yang kelihatannnya
berpeluang besar ini, yang tertinggal ialah konsep struktur atomik yang tidak
dapat dipahami dari sudut pandang fisika klasik.
Gambar
4. Model atom Thomson. Eksperimen hamburan Rutherford menunjukkan bahwa model
ini tidak benar
Cara langsung untuk mengetahui bagian
dalam kue berkismis ialah mencelupkan jari kita ke kue itu, suatu teknik yang
tidak jauh berbeda dari teknik yang dipakai oleh Geiger dan Marsden untuk
mengetahui bagian dalam sebuah atom. Dalam eksperimen klasiknya, yang dilakukan
dalam tahun 1911, atas dasar usul Ernest Rutherford, mereka memakai partikel
alfa cepat sebagai penguar (probes) yang secara spontan dipancarkan oleh unsur
(elemen) radiaktif. Partikel alfa ialah atom helium yang kehilangan 2 elektron
sehingga yang tertinggal partikel bermuatan +2e. Geiger dan Marsden meletakan
sebuah sampel (cuplikan) bahan pemancar partikel alfa dibelakang layar timbal
yang mempunyai lubang keci (seperti dalam Gambar 5), sehingga menghasilkan
berkas partikel alfa yang tajam. Berkas ini diarahkan pada selaput emas tipis
(gold foil). Layar zink sulfide yang dapat digerakan dapat memberikan denyar
cahaya tampak bila tertumbuk oleh partikel alfa ditempatkan pada sisi lain dari
selaput emas itu. Dapat diduga bahwa partikel alfa dapat menembus langsung
selaput itu dengan hanya mengalami sedikit defleksi. Kelakuan seperti itu
didapatkan bila kita memakai model atomik Thomson: dalam model ini muatan dalam
atom dianggap terdistribusi secara serba sama keseluruh volume. Jika model atom
Thomson benar, hanya gaya listrik lemah saja yang bereaksi pada partikel alfa
yang menembus selaput logam, dan momentum awalnya sudah cukup untuk menembusnya
dengan sedikit penyimpangan dari lintasan semula.
Gambar
5. Eksperimen hamburan Rutherford
Apa yang didapatkan oleh Geiger dan
Marsden ternyata bahwa banyak partikel alfa yang muncul dari selaput itu dengan
deviasi (penyimpangan) kurang dari 1 o , tetapi beberapa terhambur
dengan sudut yang sangat besar. tetapi beberapa terhambur dengan sudut yang
sangat besar. bahkan sebagian kecil terhambur dalam arah yang berlawanan dengan
arah semula. Karena partikel alfa relatif berat (sekitar 7000 x lebih masif
dari elektron) dan partikel yang dipakai pada eksperimen ini memiliki kecepatan
tinggi (biasanya sekitar 2 x 107 m/s), jelaslah bahwa terdapat gaya
yang kuat yang bereaksi pada partikel itu supaya terjadi defleksi sebesar itu.
Satu-satunya model atom yang didapatkan Rutherford yang bisa menerangkan hasil
itu ialah model yang terdiri dari inti kecil yang bermuatan positif yang
merupakan tempat terkonsentrasinya hampir seluruh massa atom dengan elektron-elektronnya
terdapat pada jarak yang agak jauh (seperti dalam Gambar 6). Dengan memandang
sebuah atom sebagai sesuatu yang terdirin dari bagian besar ruang hampa, kita
dapat dengan mudah melihat mengapa sebagian besar partilel alfa menembus
selaput logam itu. Namun bila partikel alfa mendekati inti partikel itu akan
mengalami medan listrik yang kuat dan mempunyai peluang besar untuk dihambur
dengan sudut yang besar. elektron atom tersebut yang sangat ringan hampir tidak
mempengaruhi gerak partikel alfa yang datang.
Gambar
6. Model atom Rutherford
Perkiraan numerik intensitas medan
listrik dalam model atom Thomson dan Rutherford menunjukkan secara jelas
perbedaan antara kedua model itu. Jika kita k=mengikuti anggapan Thomson bahwa
muatan positif dalam atom emas tersebar merata keseluruh volume dan kita
mengabaikan elektron sepenuhnya, maka intensitas listrik pada pemukaan atom
(pada tempat itu intensitasnya maksimum) ialah sekitar 103 V/m.
Sebaliknya jika kita mengikuti Rutherford bahwa muatan positif dalam atom emas
terkonsentrasi dalam inti kecil pada pusatnya, maka intensitas listrik pemukaan
inti melebihi 1021 V/m – suatu faktor 108 lebih besar.
medan sekuat itu dapat mendefleksi bahkan membalik partikel alfa yang energetik
yang datang dekat pada inti, sedangkan medan lemah model atom Thomson tidak
dapat.
Eksperimen Geiger dan Marsden dan
pekerjaan yang selanjutnya itu memberikan informasi juga mengenai inti atom
yang berbentuk selaput target. Defleksi yang dialami partikel ketika partikel
lewat dekat sebuah inti bergantung dari besar muatan inti, sehingga dengan
membandingkan hamburan relatif partikel alfa selaput yang berbeda-beda merupakan
suatu cara memperkirakan muatan inti dari atom yang bersangkutan. Semua atom
suatu unsur didapati mempunyai muatan inti yang unik, dan muatan ini berttambah
secara teratur dari suatu unsur ke unsur lain dalam tabel periodik (berkala).
Ternyata muatan inti selalu merupakan kelipatan dari + e ; bilangan yang
menyatakan besar satuan muatan positif dalam inti suatu unsur sekarang disebut
bilangan atomik unsur itu. Kita ketahui bahwa proton yang masing-masing
bermuatan + e merupakan penentu dari muatan suatu inti; bilangan atomik suatu
unsur sama dengan banyaknya proton dalam inti atom tersebut.
2.3 Hamburan Partikel - Alfa
Model atom Rutheford diterima, karena ia dapat
mencapai suatu rumus yang menggambarkan hamburan partikel alfa oleh selaput
tipis berdasarkan model tersebut yang cocok dengan hasil eksperimental. Ia
mulai dengan menyatakan bahwa partikel alfa dengan inti yang berinteraksi
dengannya berukuran cukup kecil sehingga dapat dipandang sebagai massa-titik
dan muatan-titik; bahwa gaya listrik tolak-menolak antara partikel alfa dan
inti (yang keduanya bermuatan positif) merupakan satu-satunya gaya yang
beraksi; dan bahwa inti begitu massif dibandingkan dengan partikel alfa,
sehingga tidak bergerak ketika terjadi interaksi. karena berubahnya gaya listrik mengikuti 1/
, dengan r menyatakan
jarak sesaat antara partikel alfa dengan inti, lintasan partikel alfa merupakan
hiperbola dengan inti pada fokus luar (Gambar 7).

Gambar 7. Hamburan Rutherford
Parameter dampak b
merupakan jarak minimum partikel alfa tersebut mendekati inti bila tidak
terdapat gaya antaranya, dan sudut hamburan
marupakan sudut antara arah pendekatan
asimtotik pertikel alfa dan arah peninggalan asimtotik partikel itu. tugas kita
yang pertama ialah mencari hubungan antara b dan
Sebagai akibat impluse
yang diberikan oleh inti pada partikel alfa,
momentum partikel alfa beruubah alfa dengan
dari harga semula
ke harga akhir
. Ini berarti






4.1 

= 

Karena
inti tetap diam selama partikel alfa tersebut melewatinya, maka energi kinetik
partikel alfa tetap konstan; jadi besar momentumnya juga tetap konstan, dan

Di
sini v menyatakan kelajuan partikel alfa jauh dari inti. Dari (Gambar 8), kita
lihat menurut hukum sinus,

Karena

dan

kita
dapatkan perubahan momentum
4.2 

Karena
impluse
berarah sama dengan arah perubahan momentum
, besarannya sama
dengan


4.3 

dengan
menyatakan sudut sesaat antara F dan
sepanjang lintasan partikel alfa.


masukan
Pers. 4.2 dan 4.3 ke dalam Pers. 4.1,


Gambar 8. Hubungan
geometris dalam hamburan Rutherford
Untuk
mengubah variabel dalam ruas kanan dari t ke
, kita perhatikan bahwa
batas integrasinya berubah dari – ½
dan + ½
bersesuaian dengan harga
pada t =
dan t =
berturutan, sehingga






4.4


Kuantitas
d
tidak lain dari kelajuan sudut
partikel alfa disekitar inti (hal ini jelas
dari Gambar 8). Gaya listrik yang ditimbulkan inti pada partikel alfa beraksi
sepanjang vektor jejari yang menghubungkan keduanya, sehingga tidak terdapat
torka pada partikel alfa dan momentum sudutnya
konstan. Jadi




dari
sini kita lihat bahwa

Subtitusikan
persamaan untuk
dalam persamaan 4.4 memberikan

4.5 

Kita
ingat, F menyatakan gaya listrik yang ditimbulkan oleh inti pada partikel alfa.
Muatan dalam inti ialah Ze, bersesuaian dengan bilangan atomik Z, dan muatan
partikel alfa ialah 2e. Jadi

dan


Sudut
hamburan
berhubungan dengan parameter dampak b melalui
persamaan



Kita
lebih enak memakai energi partikel alfa K alih-alih massa dan kelajuan secara
terpisah; dengan subtitusi ini.
4.6


(Gambar
9) merupakan gambaran skematik dari persamaan 4.6; penurunan yang cepat dari
ketika b bertambah tampak sangat jelas.
Parameter dampak kecil (hampir bertumbukan langsung) diperlukan untuk
mendapatkan defleksi besar.

2.4 Rumusan Hamburan Rutherford
Persamaan 4.6 tidak dapat dibandingkan langsung
dengan eksperimen karena tidak terdapat cara untuk mengukur parameter dampak
yang bersesuaian dengan sudut hamburan tertentu yang diamati. Suatu strategi
tak langsung diperlukan disini

Gambar
9. Sudut hamburan berkurang ketika parameter dampak bertambah
Langkah
kita yang pertama ialah mengingat bahwa semua partikel alfa yang mendekati inti
target dengan parameter dampak dari O ke b akan dihambur dengan sudut q
atau lebih, dengan q dinyatakan dalam b seperti pada
persamaan 4.6. Ini berarti bahwa partikel alfa yang mula-mula berarah
sedenikian sehingga berada dalam bidang seluas
sekitar inti akan dihambur dengan sudut q
atau lebih (Gambar 9); bidang seluas
biasa disebut penampang hamburan interaksi tersebut. Lambang yang biasa dipakai
untuk penampang hamburan ialah s, sehingga :


4.7 s
=
Penampang hamburan

Tentu
saja, partikel alfa yang datang sebenarnya akan dihambur sebelum partikel itu
mendekati daerah sekitar inti, jadi tidak perlu partikel itu melewati dalam
jarak b dari inti.
Sekarang kita tinjau selaput setebal t yang berisi n atom
persatuan volume. banyaknya inti target persatuan luas ialah nt, dan berkas
partikel alfa yang datang pada bidang seluas A akan berinteraksi dengan ntA
inti. Penampang hamburan kumpulan untuk sudut q atau lebih sama
dengan banyaknya inti target ntA dikalikan dengan penampang s
untuk hamburan seperti itu per inti, atau sama dengan ntAs.
Jadi besar fraksi f dari banyaknya partikel alfa yang datang yang dihambur
dengan sudut q
atau lebih merupakan rasio antara penampang kumpulan ntAs untuk hamburan seperti itu dan luas target
total A. Ini berarti :




Substitusikan
b ke Pers. 4.6,
4.8 

Dalam
perhitungan diatas kita anggap selaput itu cukup tipis sehingga penampang inti
yang berdekatan tidak saling-tindih dan partikel alfa yang dihamburkan menerima
seluruh defleksinya dari interaksinya dengan inti tunggal.
Marilah kita pakai Pers. 4.8 untuk menentukan berapa
besar fraksi berkas partikel alfa 7.7 MeV yang dihamburkan dengan sudut lebih
besar dari 45o jika dijatuhkan pada selaput emas yang tebalnya 3 x
10-7m. (Besaran ini merupakan besaran yang biasa dipakai untuk
energi partikel alfa dan ketebalan selaput yang dipakai oleh Geiger dan
Marsden; untuk pembanding : diameter rambut manusia ialah sekitar 10-4m).
Kita mulai dengan mencari n, banyaknya atom per satuan volume dalam selaput
dari hubungan
n = 

Karena
kerapatan emas ialah 1,93 x 104kg/m3, massa atomiknya ialah
197 u, dan 1 u = 1,66 x 10-27kg. kita dapatkan


Bilangan
atomik Z dari emas ialah 79, energi kinetik 7,7 MeV sama dengan 1,23x10-12j,
dan q
= 450 ; dari angka-angka itu kita dapatkan
f = 7 x 10-5
dari
jumlah partikel alfa yang datang dihambur dengan sudut 45o atau
lebih hanya 0,007 persen! selaput setipis ini sangat mudah ditembus oleh
partikel alfa.
Dalam eksperimen yang sebenarnya, detektor mencatat
partikel yang terhambur antara sudut q dan q
+ dq,
seperti dalam (Gambar 10).Fraksi jumlah partikel alfa yang terhambur seperti
itu diperoleh dengan mendiferensiasi Pers. 4.8 terhadap q,
menghasilkan
4.9 

(Tanda
minus menyatakan bahwa f menurun jika
q
bertambah besar). Dalam eksperimen ini, layar fluoresen ditempatkan pada jarak
r dari selaput, dan partikel alfa yang dihambur dideteksi melalui kelipan
(scintilasi) yang ditimbulkannya. Partikel alfa yang terhambur antara sudut q
dan q
+dq
mencapai daerah bola berjejari r yang
tebalnya ialah rdq.

Gambar
10. Dalam eksperimen rutherford, paritikel yang dideteksi telah terhambur
dengan sudut antara Ө dan Ө + dӨ
Jejari
daerah itu ialah r sin q, sehingga bidang seluas dS dari layar
yang ditubruk partikel ini ialah :


Jika
sebanyak Ni partikel alfa menumbuk selaput selama partikel ini
berlangsung, banyaknya partikel yang terhambur ke dalam sudut dq
pada sudut q
ialah Ni df. Banyaknya N(q)
per satuan luas yang sampai kelayar pada sudut q yang merupakan
kuantitas yang terukur ialah :

4.10
Rumus hamburan
Rutherford

Persamaan
4.10 merupakan rumus hamburan Rutherford.
Menurut Pers. 4.10 banyaknya partikel alfa per
satuan luas yang tiba pada layar kelip berjarak r dari selaput penghambur harus berbanding lurus dengan tebal

Gambar 11.
Hamburan Rutherford
selaput
t, dengan banyaknya atom dalam
selaput per satuan volume n dan
dengan kuadrat bilangan atomik Z dari atom selaput itu, dan harus berbanding
terbalik dengan kuadrat energi kinetik K
dari partikel alfa dan dengan sin4
(q/2);
dengan q
menyatakan sudut hambur. Ramalan ini sesuai dengan hasil pengukuran Geiger dan
Marsden seperti telah disebutkan didepan, sehingga Rutherford menyimpulkan
bahwa anggapan yang dipakainya, terutama hipotesis mengenai inti atom sudah
betul. Rutherford diakui telah “menemukan” inti.(Gambar 9) menunjukkan
bagaimana N(q)
berubah terhadap q.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.1.1
Sejarah Penemuan Struktur Atom
a.
Leukippos dan Demokritus
(460 – 380 SM)
Beliau
bersama dengan Demokritus muridnya mengemukakan bahwa materi terbentuk dari
partikel yang sudah tidak terbagi lagi. Yang kemudian mereka namai dengan
sebutan atom. Namun, Pendapat ini ditolak oleh Aristoteles, Dia berpendapat
bahwa materi bersifat kuntinu (materi dapat dibelah terus-menerus sampai tidak
berhingga).
b.
Gassendi (1592-1655 M)
Sekitar
tahun 1592 – 1655 Gasendi mengemukakan bahwa atom merupakan bagian terkecil
suatu zat.
c.
Teori atom Dalton (1808 M)
John Dalton merumuskan teori atom
yang pertama sekitar tahun 1803-1807, yang kita kenal sebagai teori atom
Dalton.
d.
Hipotesa Prout (1785-1855)
Hipotesis Prout adalah upaya yang dilakukan
di awal abad kesembilan belas untuk menjelaskan keberadaan beberapa unsur kimia
melalui hipotesis tentang struktur internal dari atom .
e.
Model Atom Thomson
Thomson menyimpulkan bahwa elektron
merupakan partikel dasar penyusun atom.
Setelah
penemuan elektron pada tahun 1900, J. J Thomson mengajukan model atom yang
menyerupai roti kismis.
f.
Model Atom Rutherford
Pada
tahun 1911, Rutherford menjelaskan penghamburan sinar alfa dengan
mengajukan gagasan tentang inti
atom. Menurut Rutherford, sebagian besar dari massa dan muatan positif
atom terkonsentrasi pada bagian pusat atom yang selanjutnya disebut inti atom.
Elektron beredar mengitari inti pada jarak yang relatif sangat jauh. Lintasan
elektron itu disebut kulit atom.
Namun,
terdapat kelemahan pada teori atom Rutherford yakni tidak dapat menjelaskan
elektron itu tidak jatuh ke intinya. Menurut teori fisika klasik, gerakan
elektron mengitari inti akan disertai pemancaran energi berupa radiasi
elektromagnet. Dengan demikian, energi elektron semakin berkurang dan
gerakannya melambat sehingga membentuk lintasan spiral dan akhirnya jatuh ke
inti atom.
g.
Model atom bohr (1913),
Spektrum hidrogen
Pada
tahun 1913, berdasarkan analisis spektrum atom dan teori kuantum yang
dikemukakan oleh Max Planck, Niels Bohr mengajukan model atom hidrogen.
h.
Model Atom Mekanika Kuantum
(1926), Hipotesa de Broglie
Teori atom
mekanika kuantum dapat menjelaskan struktur atom yang lebih kompleks (atom
multielektron).
3.1.2 Model
Atomik
Perkiraan
numerik intensitas medan listrik dalam model atom Thomson dan Rutherford
menunjukkan secara jelas perbedaan antara kedua model itu. Jika kita
k=mengikuti anggapan Thomson bahwa muatan positif dalam atom emas tersebar
merata keseluruh volume dan kita mengabaikan elektron sepenuhnya, maka
intensitas listrik pada pemukaan atom (pada tempat itu intensitasnya maksimum)
ialah sekitar 103 V/m. Sebaliknya jika kita mengikuti Rutherford
bahwa muatan positif dalam atom emas terkonsentrasi dalam inti kecil pada
pusatnya, maka intensitas listrik pemukaan inti melebihi 1021 V/m –
suatu faktor 108 lebih besar. medan sekuat itu dapat mendefleksi
bahkan membalik partikel alfa yang energetik yang datang dekat pada inti,
sedangkan medan lemah model atom Thomson tidak dapat.
3.1.3 Hamburan
Partikel - Alfa
Model
atom Rutheford diterima, karena ia dapat mencapai suatu rumus yang
menggambarkan hamburan partikel alfa oleh selaput tipis berdasarkan model
tersebut yang cocok dengan hasil eksperimental. Ia mulai dengan menyatakan
bahwa partikel alfa dengan inti yang berinteraksi dengannya berukuran cukup
kecil sehingga dapat dipandang sebagai massa-titik dan muatan-titik; bahwa gaya
listrik tolak-menolak antara partikel alfa dan inti (yang keduanya bermuatan
positif) merupakan satu-satunya gaya yang beraksi; dan bahwa inti begitu massif
dibandingkan dengan partikel alfa, sehingga tidak bergerak ketika terjadi
interaksi.
3.1.4 Rumusan
Hamburan Rutherford

3.2 Saran
Dalam pembelajaran fisika
modern hendaknya dipelajari secara mendalam materi model-model atom, hamburan
partikel alfa dan rumusan hamburan Rutherford ini. Karena dalam materi
membutuhkan analisis yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser,
Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern.
Jakarta : Erlangga