MAKALAH
Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Besed Learning)
DISUSUN OLEH
1.
GHEA
LUCKI UTAMI (A1E013035)
DOSEN PEMBIMBING
Drs. INDRA SAKTI
LUBIS, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah
Subhanahuwata’ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perangkat Pembelajaran Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu tahun ajaran 2015/2016.
Makalah ini berhasil penulis selesaikan sesuai
waktu yang direncanakan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Orang tua dan seluruh keluarga yang tiada jemu
mengobarkan semangat penulis untuk selalu belajar maupun menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak
Drs. Indra Sakti Lubis, M.Pd yang
telah memberikan materi dan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini.
3. Teman-teman kelas A Pendidikan Fisika 2013 dan semua pihak yang turut andil dalam penyelesaian makalah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Apabila dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, hal itu karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan
datang. Penulis berharap makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.
Bengkulu, November 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................ 2
1.3
Manfaat............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Model
Pembelajaran....................................................... 4
2.2 Pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)............ 4
2.3 Landasan
Filososfis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah......... 5
2.4 Landasan
Psikologis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah........ 5
2.5 Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah.............................. 5
2.6 Konsep
Dasar dan Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah
(PBM)................................................................................ 9
2.7 Peran
Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.......................... 14
2.8 Proses
Belajar Berbasis Kognitif...................................................... 15
2.9 Desain
Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah................... 15
2.10
Pengembangan Kurikulum dalam
Pembelajaran Berbasis
Masalah........................................................................................ 16
2.11
Pembelajaran Berbasis Masalah dan
e-Learning.......................... 16
2.12
Keunggulan PBM dipaparkan
Kemendiikbukbud (2013b)......... 16
2.13
Beberapa elemen penting dalam PBM........................................ 17
2.14
Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah......... 18
2.15
Implementasi Model, Prinsip Reaksi,
Sistem Lingkungan,
dan
Dampak Model Pembelajaran Berbasis Masalah.................. 18
2.16
Sintaks Model Pembelajaran Berbasis
Masalah........................... 21
2.17
Teori Belajar yang Melandasi Pendekatan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah......................................................................... 23
2.18
Petunjuk Bagi Guru dalam Pembelajaran
dengan Pendekatan
Pembelajaran
Berbasis Masalah................................................... 24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 26
3.2 Saran................................................................................................. 27
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu
masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas di arahkan
kepada kemampuan untuk anak menghafal informasi.
Strategi
yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas proses pembelajaran adalah
melalui strategi pembelajaran berbasis masalah. Strategi ini dapat menjadi
pilihan metodik bagi para guru.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
memberikan kesempatan pada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun
sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang hasrus dibahas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis
dan logis.
Dalam penerapan Strategi Berbasis Masalah guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah , walaupun
sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran
diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Perkembangan
siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
psikomotor melalui penhayatan secara internal akan problem yang dihadapi. PBM
diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dilihat
dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka PBM merupakan salah satu
strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Tidak
sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, mislnya dengan mengonsumsi obat-obat
terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan
masalah.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan,
maka PBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
memperaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk
dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya,
manakala siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak
siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang
mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau
bahkan bunuh diri hanya gar-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dari makalah ini adalah
:
1. Apakah
pengertian strategi pembelajaran berbasis masalah (PBM) ?
2. Bagaimana
Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
3. Bagaimana
landasan filosofis strategi pembelajaran berbasis masalah ?
4. Apakah
landasan psikologis strategi pembelajaran berbasis masalah ?
5. Apa
saja hakikat model pembelajaran berbasis masalah ?
6. Apa
saja konsep dasar dan karakterisitik strategi pembelajaran berbasis masalah (PBM)
?
7. Bagaimana
peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
8. Bagaimana
Proses Belajar Berbasis Kognitif ?
9. Bagaimana
Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
10. Apakah
pengaruh Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
11. Apakah
hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dan e-Learning ?
12. Apa
saja keunggulan PBM dipaparkan Kemendiikbukbud (2013b) ?
13. Apa
saja elemen penting dalam PBM ?
14. Bagaimana
pengaruh pengalaman siswa dalam pembelajaran berbasis masalah ?
15. Bagaimana
implementasi model, prinsip reaksi, sistem lingkungan, dan dampak model pembelajaran
berbasis masalah ?
16. Bagaimana
sintaks model pembelajaran berbasis masalah ?
17. Apa
saja Teori Belajar yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ?
18. Bagaimana
Petunjuk Bagi Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis
Masalah ?
1.3 Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat dari makalah ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan kepada
mahasiswa sebagai calon guru untuk menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model
– model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip –
prinsip pembelajaran, teori – teori psikologis, sosioligis, analisis system,
atau teori – teori lain yang mendukung (Joyce
& Weil:1980). Joyce & Weil mempelajari model - model pembelajaran
berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran.
Model tesebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan – bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Salah satu model
pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis masalah.
2.2 Pengertian Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM)
Pengertian
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan
suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika
guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran
gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara
kelompok. Di sini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan
siswa, dan penentu arah belajar siswa.
2.3 Landasan Filosofis Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah
sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di
masyarakat, maka PBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting
untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan
selalu dihadapkan kepada masalah. Dari mulai masalah yanng sederhana sampai
kepada masalah yang kompleks, dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah
keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah
dunia. PBM inilah yang diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap
individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
2.4 Landasan Psikologis Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
Dilihat
dari aspek psikologi belajar PBM berdasarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta,
tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya.
Malalui pross ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh.
Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan
problema yang dihadapi.
2.5 Hakikat Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah yang
(selanjutnya disebut PBM) berakar dari keyakinan John dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami
siswa untuk menyelidiki dan menciptakan. Deway menulis bahwa pendekatan utama
yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata pelajaran disekolah adalah
pendekatan yang mampu merangsang pikiran siswa untuk memperoleh segala
keterampilan belajar yang bersifat nonskolastik. Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran
hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena
konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang dapat dilakukan siswa, bukan
sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut
siswa berfikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula.
Berdasarkan pandangan tersebut, PBM
selanjutnya berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasiskan
masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran.
Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya siswa bekerja
dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan kemampuan belajarnya. konsep
pembelajaran ini selanjutnya dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat
sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan siswa senantiasa
mengembangkan kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan
melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia
yang cepat berubah.
Bertemali dengan uraian diatas, Delisle (1997:6) menyatakan bahwa PBM
merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru
mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa
selama mereka mempelajari materi pelajaran. Model ini memfasilitasi siswa
berperan aktif didalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, menemukan prosedur yang diperlukan
untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi kontekstual,
memecahkan masalah, dan menyajikan solusi masalah tersebut.
Kemendikbud (2013b) memandang PBM suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan
dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik
dengan rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang
berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, PBM
dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan
menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Secara lebih luas, Oon-seng Tan (2004:7) berpendapat bahwa PBM merupakan model
pembelajaran difokuskan untuk mengembangkan kemampuan siswa berfikir secara
visibel. seperti halnya inovasi pedagogis yang lain, PBM tidak dikembangkan
atas dasar teori-teori belajar atau teori-teori psikologi, meskipun proses PBM
mencakup penggunaan metokognisi dan self-regulation. PBM diakui hasil
pengembangan pendekatan pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana masalah-masalah yang tidak terstruktur (masalah
dunia nyataa atau simulasi masalah yang kompleks) digunakan sebagai titik awal
dan jangkar untuk proses pembelajaran. Bertemali dengan masalah yang disajikan
dalam pembelajaran ini, Jonassen (2011)
menyatakan bahwa PBM merupakan model yang sangat efektif untuk mengembangkan
pemahaman siswa tentang hukum sebab akibat sebagai hukum dasar berfikir ilmiah
sehingga siswa akan mampu belajar dan mentransfer berbagai keterampilan dalam
memecahkan masalah.
Torp
dan Sage (2002) memandang PBM merupakan model
pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar beroleh pengalaman
belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah
kehidupan yang kompleks. PBM juga dapat dipandang sebagai organisasi kurikulum
dan model pembelajaran yang memiliki tiga karakteristik utama, yakni :
1. Melibatkan
siswa sebagai stakeholders dalam situasi bermasalah
2. Mengatur
kurikulum disekitar masalah holistik yang diberikan sehingga memungkinkan siswa
belajar dengan cara-cara yang relevan dan terhubung dengan masalah
3. Menciptakan
lingkungan belajar tempat guru melatih siswa berfikir dan melakukan penelitian
serta memfasilitasi siswa beroleh pemahaman yang mendalam.
Bertemali
dengan hal ini, Oon-Seng Tan (2009) memandang PBM sebagai metodologi
pembelajaran yang berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai
perubahan pengetahuan berbasis perkembangan masyarakat.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas, PBM merupakan model pembelajaran yang menyediakan
pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi
pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar disekolah dan belajar di
kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah
sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang
keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu
secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung dalam
memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan
untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi
pembelajar mandiri.
Dalam
PBM masalah kehidupan nyata yang kompleks digunakan untuk memotivasi siswa
untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang dibutuhkan untuk
mengetahui dan memecahkan maslah tersebut. Siswa bekerja dalamtim belajar,
menyatukan keahlian kolektif yang dimiliki, berkomunikasi, dan mengintegrasikan
informasi. Bertemali dengan konsep ini, Duch, Groh dan Allen (2001), model ini
diorientasikan agar siswa mampu :
a. Berfikir
kritis, menganalisis, serta memecahkan masalah kehidupan yang kompleks.
b. Menemukan,
mengevaluasi, dan menggunakan berbagai sumber belajar.
c. Bekerja
secara koperatif dalam tim
d. Mendemonstrasikan
keterampilan berkomunikasi secara efektif baik komunikasi lisan maupun tulisan.
e. Menggunakan
materi pembelajaran dan keterampilan intelektual yang diperoleh selama proses
pembelajaran sebagai bekal belajar sepanjang hayat.
Sejalan
dengan orientasi diatas, PBM memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Masalah
menjadi titik awal pembelajaran
b. Masalah
yang digunakan dalam masalah yang bersifat kontekstual dan otentik
c. Masalah
mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat secara multiperspektif
d. Masalah
yang digunakan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta
kompetensi siswa
e. PBM
berorientasi pada pengembangan belajar mandiri
f. PBM
memanfaatkan berbagai sumber belajar
g. PBM
dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif,
komunikatif, dan kooperatif
h. PBM
menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan meneliti, memecahkan masalah,
dan penguasaan pengetahuan
i. PBM
mendorong siswa agar mampu berfikir tingkat tinggi : analisis, sintesis, dan
evaluatif
j. PBM
diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar, daan kajian proses
pembelajaran
Sejalan
dengan karakteristik diatas, PBM dipandang sebagai sebuah model pembelajaran
yang memiliki banyak keunggulan.
2.6 Konsep Dasar dan Karakterisitik
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan
permasalahan baru yang ada didunia nyata. Pendekatan PBM berkaiatan dengan
penggunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah
kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relevan, dan kontekstual.
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan intelegensi yang
dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan bukan hanya menyiapkan
masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan. Pendidikan harus
membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis dengan tingkat
kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berfikir yang lebih
tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat digunakan
ditempat kerja. Guru akan gagal apabila mereka menggunakan proses pembelajaran
yang tidak mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat (life long education).
Boud dan Feletti (1997) mengemukakan
bahwa PBM adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan Margetson
(1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang
terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi
keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan
interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
1.
Masalah,
pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kekuatan
Masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan,
inquiry, dan berfikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful).
Pendidikan memerlukan perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan
cara memandang suatu permasalahan.
Berbagai terobosan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap
masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai dengan masalah, dilanjutkan dengan
menentukan masalah, dan penggunakan berbagai dimensi berfikir.
Masalah
dan Pedagogi
Menurut Shulman (1991) Pendidikan
merupakan proses membantu orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana
menghubungkan kesulitan merekan dengan teka-teki yang berguna untuk membentuk
masalah.
Masalah
dan Multiple Perspective
Dalam memecahkan permasalahan yang ada
didunia nyata, kita perlu menyadari baghwa seluruh proses kognitif dan
aktivitas mental yang terlibat didalamnya. Otak bekerja dengan siklus tertentu
dan literasi dari berfikir sistematis, sistematik, analisis general, dan
divergen.
Abad ke-21 ditandai dengan tingginya
konektivitas karena realita yang tidak dapat dipisahkan. Isu-isu yang berada
didunia nyata merupakan disiplin silang dan melibatkan perspektif yang saling
berhubungan. Kita membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan
perpaduan dari setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.
Teori
Belajar, Konstruktivisme dan pembelajaran Berbasis Masalah
Dari segi pedagogis, pembelajaran
berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme (Schmidt, 1993;
Savery dan Duffy, 1995; Hendry dan Murphy, 1995) dengan ciri :
a. Pemahaman
diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.
b. Pergulatan
dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang
menstimulasi belajar.
c. Pengetahuan
terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap
keberadaan sebuah sudut pandang.
Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Kognisi
Pedagogi
pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukan dan memperjelas cara
berfikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat
didalamnya. PBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu
proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi
PBM menggabungkan penggunaan dari akses e-learning, interdisipliner kreatif,
penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu.
2.
Pengertian
dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000)
Karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut :
a.
permasalahan menjadi starting point
dalam belajar
b.
permasalahan yang diangkat adalah
permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak terstruktur
c.
permasalahan membutuhkan perspektif ganda
(multiple perspective)
d.
permasalahan, menantang pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
e.
belajar pengarahan diri menjadi hal
utama
f.
pemanfaatan sumber pengetahuan yang
beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang
esensial dalam PBM
g.
belajar adalah kolaboratif, komunikasi,
dan kooperatif
h.
pengembangan keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i.
keterbukaan proses dalam PBM meliputi
sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar
j.
PBM melibatkan evaluasi dan review
pengalaman siswa dan proses belajar
Studi
kasus pembelajaran berbasis masalah meliputi :
1. penyajian
masalah
2. menggerakkan
inqury
3. langkah-langkah
PBM
a. analisis
inisial
b. mengangkat
isu-isu belajar
c. iterasi
kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah
d. integrasi
pengetahuan baru
e. penyajian
solusi dan evaluasi
Alur
proses pembelajaran berbasis masalah
Gambar
1. keberagaman pendekatan PBM
PBM
digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan :
1. penguasaan
isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner
2. penguasaan
keterampilan proses dan disiplin heuristic
3. belajar
keterampilan pemecahan masalah
4. belajar
keterampilan kolaboratif
5. belajar
keterampilan kehidupan lebih luas
Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktifitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBM, yaitu :
1.
PBM merupakan rangkaian aktifitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa. PBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBM siswa
aktif berfikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
2.
Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mengkin ada proses
pembelajaran.
3.
Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertent; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan PBM, guru
perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Pemasalahan tersebut dapat diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain
misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa
dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
2.7 Peran Guru dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah
1. Menyiapkan
Perangkat Berfikir Siswa
a. membantu
siswa mengubah cara berfikir
b. menjelaskan
apakah PBM itu, pola apa yang akan dialami siswa
c. memberi
siswa ikhtisar siklus PBM, siklus, dan batasan waktu
d. mengkomunikasikan
tujuan, hasil, dan harapan
e. menyiapkan
siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang
f. membantu
siswa merasa memiliki masalah
2. Menekankan
Belajar Kooperatif
Bray, dkk (2000) menggambarkan inquiry
kolaboratif sebagai proses dimana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara
berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting.
3. Memfasilitasi
Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
4. Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis Masalah
2.8
Proses
Belajar Berbasis Kognitif
3
Memfasilitasi Berfikir
4
Menengahi Belajar dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah
2.9.Desain
Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Akar
desain masalah
Akar desain masalah adalah masalah rill
berupa kenyataan hidup, seperti halnya penugasan terhadap permesianan dalam
rangka menghadapi tuntutan perkembangan industri.
Menurut Michael Hicks (1991), ada empat
yang harus diperhatikan ketika membicarakan masalah :
a. memahami
maslah
b. kita
tidak tahu bagaimana memecahkan masalah tersebut
c. adanya
keinginan memecahkan masalah
d. adanya
keyakinan mampu memecahkan masalah tersebut
2. Menentukan
Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar
dari disipin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
3. Desain
Masalah
Desain masalah memiliki ciri-ciri :
a. Karakteristik
b. Konteks
c. Sumber
dan lingkungan belajar
d. presentasi
2.10
Pengembangan
Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kurikulum dalam PBM meliputi :
1. Mega
Level (the way)
2. Makro
Level (the what)
3. Mikro
Level (the low)
2.11
Pembelajaran
Berbasis Masalah dan e-Learning
1. Pembelajaran
Berbasis Masalah dan Sistem Manajemen Belajar
2. Inovasi
e-Learning
Beberapa landasan prinsip penggunaan PBM
dalam e-Learning :
a. menggunakan
kekuatan masalah yang rill untuk membangkitkan motivasi
b. mengkondisikan
lingkungan kaitannya dengan informasi global
c. mendorong
proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning
d. menekankan
pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada bahan belajar
e. menyediakan
sistem dalam kolaborasi
f. optimis
dalam menggunakan struktur yang fleksibel
g. mengembangkan
evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi
2.12
Keunggulan
PBM dipaparkan Kemendiikbukbud (2013b) sebagai berikut :
a. Dengan
PBM akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu
masalah akan menerapkan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi
tempat konsep diterapkan.
b. Dalam
situasi PBM, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
c. PBM
dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Beberapa keunggulan PBM juga
dikemukakan oleh Delisle (1997) sebagai berikut :
a. PBM
berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi
bermakna
b. PBM
mendorong siswa untuk belajar secara aktif
c. PBM
mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar secara interdisipliner
d. PBM
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya
e. PBM
mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif
f. PBM
diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan
Selain beberapa keunggulan diatas,
keunggulan PBM dapat ditambahkan beberapa hal sebagai berikut :
a. PBM
mampu mengembangkan motivasi belajar siswa
b. PBM
mendorong siswa untuk mampu berfikir tingkat tinggi
c. PBM
mendorong siswa mengoptimalakan kemampuan metakognisinya
d. PBM
memiliki pembelajaran menjadi bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa
percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri
2.13
Dalam
menerapkan PBM diperlukan beberapa elemen penting PBM. Beberapa elemen penting
dalam PBM adalah sebagai berikut :
a. Situasi
bermasalah disajikan pertama dan berfungsi sebagai pusat pengorganisasian dan
konteks belajar. Situasi bermasalah memiliki karakteristik umum tidak terstruktur,
sering berubah dan bertambah informasinya, tidak dapat diselesaikan dengan
mudah atau hanya dengan satu rumus tertentu, dan tidak menghasilkan satu
jawaban yang benar.
b. Siswa
sebagai pemecah maslah yang aktif dan guru sebagai pelatih kognitif dan
metakognitif
c. Adanya
kegiatan berbagai informasi, pengembangan pengetahuan secara mandiri oleh
siswa, tantangan performa, dan tes berfikir.
d. Digunakannya
penilaian otentik baik untuk proses maupun hasil pembelajaran.
e. Unit
pembelajaran PBM tidak selalu interdisipliner tetapi selalu integratif.
2.14
Pengalaman
Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Beberapa hal penting yang harus mendapat
perhatian adalah :
1. memperkirakan
kesiapan siswa, meliputi dasar pengetahuan, kedewasaan berfikir, dan kekuatan
motivasinya
2. mempersiapkan
siswa dalam hal cara berfikir dan kemampuan dalam rangka melakukan pekerjaan
secara kelompok, membaca, mengatur waktu, dan menggali informasi
3. merencanakan
proses dalam bentuk langkah-langkah dalam cyle problem based learning
4. menyediakan
sumber bimbingan yang tepat, menjamin bahwa ada akhir yang merupakan hasil
akhir
2.15
Implementasi
Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak Model Pembelajaran
Berbasis Masalah
a. Implementasi
Model
Pelaksanaaan penerapan PBM dalam
pembelajaran membutuhkan waktu antara 70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3
kali pertemuan. Untuk efektifitas pelaksanaannya, jadwal pembelajaran
dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam implementasikannya guru dan siswa
harus memiliki kemampuan berfikir kritis, berfikir kratif, terampil
berkomunikasi, dan memiliki semangat dan motivasi bekerja baik secara individu
maupun secara kooperatif. selama penerapan model, guru harus mencatat berbagai
aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan mengikat pola berfikir dan
pola kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi siswa secara psikologis agar
mereka terbiasa beraktivitas dengan baik. Sebagai tambahan, guru juga harus
memberikan dorongan kepada siswa yang kurang bersemangat beraktivitas sehingga
siswa mampu membangun perspektif yang segar pada masalah yang dibahasnya.
b. Prinsip
reaksi
Reaksi guru yang harus dilakukan pada
setiap tahapan pembelajaran telah diuraikan terpadu dengan sintaks PBM. Namun
demikian, perlu ditegaskan bahwa reaksi utama yang harus diberikan adalah guru
harus senantiasa membangkitkan motivasi belajar, mengembangkan kemampuan
berfikir kritis, kreatif, dan produktif, dan membiasakan siswa bekerja secara
kooperatif, kolaboratif, dan komunikatif.
c. Sistem
Lingkungan
Guna menerapkan model ini, sistem
lingkungan belajar yang diharapkan tersedia adalah ketersediaan kasus yang bisa
dipecahkan secara multiperspektif, media dan sumber belajar yang relevan,
lembar kerja proses yang lengkap secara individu dan kelompok, dan situasi
pembelajaran yang mendukung. Yang tidak kalah pentingnya adalah siswa harus
menyadari benar peran dan tugasnya selama pembelajaran yang meliputi :
1. Mengoptimalkan
kemampuan berfikir, keterampilan berkrasi, dan motivasi belajar dan kerja.
2. Terbuka
terhadap ide, konsep, gagasan, dan masukan baru
3. Siap
bekerja sama secara kolaborasi dan kooperatif
4. Mengoptimalkan
kemampuan berkomunikasi baik intrakelompok maupun antar kelompok
d. Dampak
yang diharapkan
PBM dikembangkan dengan harapan memberi
dampak instruksional berupa :
1. Peningkatan
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
2. Pengembangan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik.
3. Peningkatan
kemampuan siswa dalam berfikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Dampak
penyertanya ialah dalam hal :
1. Mengembangkan
karakter siswa, antara lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab,
toleran, santun, berani, dan kritis serta etis.
2. Membentuk
kecakapan hidup pada diri siswa.
3. Meningkatkan
sikap ilmiah.
4. Membina
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan berkolaborasi/bekerja
sama. secara visusal, dampak penerapan model ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2.7.1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Berdasarkan
gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa tahapan PBM adalah sebagai berikut :
a. Prapelajaran
Tahapan ini merupakan kegiatan yang
dilakukan guru disebelum pembelajaran inti dimulai. Pada tahap ini guru
merancang mempersiapkan media dan sumber belajar, mengorganisasikan siswa, dan
menjelaskan prosedur pembelajaran.
b. Fase
1 : Menemukan Masalah
Pada tahap ini siswa membacakan masalah
yang disajikan guru secra individu. Berdasarkan hasil membaca siswa menuliskan
berbagai informasi penting, menemukan hal yang dianggap sebagai masalah, dan
menentukan pentingnya masalah tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru
pada tahap ini adalah memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah.
c. Fase
2 : Membangun Struktur Kerja
Pada tahap ini siswa secara individu
membangun struktur kerja yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. upaya
membangun struktur kerja ini diawali dengan aktivitas siswa mengungkapkan apa
yang mereka ketahui tentang masalah, apa yang ingin diketahui dari masalah, dan
ide apa yang digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus siswa
lakukan pada tahap ini adalah merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan masalah. Tugas guru dalam tahap ini adalah memberikan kesadaran
akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan masalah.
d. Fase
3 : Menetapkan masalah
Pada tahap ini siswa menetapkan masalah
yang dianggap paling penting atau masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan
nyata. Masalah tersebut selanjutnya dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi
sebuah rumusan masalah. Bentuk rumusan masalah berisi masalah utama yang ada
dan bagaimana memecahkannya. Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong siswa
untuk menemukan masalah utama dan membantu siswa menyusun rumusan masalah.
e. Fase
4 : Mengumpulkan Berbagai Informasi
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui kegiatan penelitian atau sejenis lainnya. Berdasarkan
informasi yang telah siswa peroleh secra individu, selanjutnya siswa berbagi
informasi tersebut dengan temannya dalam kelompok yang telah ditetapkan.
f. Fase
5 : Merumuskan Solusi
Pada tahap ini siswa secara berkelompok
mencoba melakukan merumuskan solusi terbaik bagi pemecahan masalah yang dihadapi.
Proses perumusan solusi dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan
menekankan komunikasi efektif dalam kelompok. Semua solusi yang mungkin
dituliskan oleh masing-masing anggota dan kemudian ditampung oleh seorang siswa
yang ditunjuk dalam kelompok. tugas guru adalah memastikan proses kelompok
terjadi secara kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif.
g. Fase
6 : Menentukan Solusi Terbaik
Pada tahap ini siswa menimbang kembali
berbagai solusi yang dihasilkan dan mulai memilih beberapa solusi yang dianggap
paling tepat untuk memecahkan masalah. Tugas guru adalah meyakinkan siswa
pentingnya meninjau ulang dan menimbang keefektifan solusi yang telah
dihasilkan pada tahap sebelumnya.
h. Fase
7 : Menyajikan Solusi
Pada tahap ini perwakilan siswa tiap kelompok
memaparkan hasil kerjanya. Pemaparan dilanjutkan dengan diskusi kelas dengan
dimoderatori dan difasilitatori oleh guru. Pada tahap ini guru juga melakukan
penilaian terhadap performa atau produk yang dihasilkan oleh siswa.
i. Pascapembelajaran
Pada tahap ini guru membahas kembali
masalah dan solusi alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Dalam prosesnya guru membandingkan antara solusi satu dengan solusi
lain hasi pemikiran siswa atau juga dibandingkan dengan solusi secara teoritis
yang telah ada
2.17
Teori
Belajar yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Teori
belajar bermakna dari David Ausubel
Ausubel (Suparno, 1997) membedakan
anatara belajar bermakna (meaningfull learning) dengan belajar menghafal (rote
learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengann struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh
informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang
telah diketahuinya. Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
2. Teori
Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika
mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya
mendapatkan pemahaman, individu beruusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengetahuan baru.
Ibrahim dan Nur (2000: 19) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa. Kaitannya dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.
3. Teori
Belajar Jerome S. Bruner
Metode penemuan merupakan metode dimana
siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktiif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil lebih baik,
berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang
menyertainya, serta menghasilakan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar,
1989: 103).
Bruner
juga menggunakan konsep Scaffolding
dan interaksi sosial dikelas maupun diluar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan
masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru,
teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.
2.18
Petunjuk
Bagi Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Hamzah (2003) guru berperan
mengantarkan siswa memahami konsep menyiapkan situasi dengan poko bahasan yang
diajarkan. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan sebanyak mungkin masalah untuk
meningkatkan pengembangan pemahaman konsep, aturan dan teori dalam memecahkan
masalah.
Menurut Hamzah (2003) tugas Guru dalam
PBM yaitu :
a. Guru
hendaknya menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan self regulated dalam belajar pada diri siswa berkembang
b. Guru
hendaknya selalu mengarahkan siswa mengajukan masalah, atau pertanyaan atau
memperluas masalah
c. Guru
hendaknya menyediakan beberapa situasi masalah yang berbeda-beda, berupa
informasi tertulis, benda manipulatif, gambar atau lainnya
d. Guru
dapat memberikan masalah yang berbentuk open-ended
e. Guru
dapat memberikan contoh cara merumuskan dan mengajukan masalah dengan beberapa
tingkat kesukaran, baik tingkat kesulitan pemecahan masalah
f. Guru
menyelenggarakan reciprocal teaching,
yaitu pelajaran yang berbentuk dialog antara siswa mengenai materi pelajaran
dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PBM dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama
dari PBM. Pertama, PBM merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM adalah
sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBM tidak mengharapkan siswa
hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran,
akan tetapi melalui PBM siswa berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Pendekatan
PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang berada
dalam sebuah kelompok/lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna,
relevan, dan kontekstual.
Penerapan
PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus
berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru
dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan
menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa.
Siswa juga
harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapkan
diri untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir melalui inquiry kolaboratif dan
kooperatif dalam setiap tahapan proses PBM.
Masalah yang
dibahas harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang dan masa
yang akan datang. PBM dapat memanfaatkan fasilitas e-learning secara
kolaboratif dalam proses pemecahan masalah.
Bagi para
guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa, salah
satunya PBM, perlu ditingkatkan karena tantangan kehidupan masalah sekarang dan
masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap orang secara
individual menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang
relevan. Penguasaan kemampuan dari keterampilan lebih efektif apabila individu,
khususnya siswa dapat mengalaminya sendiri, bukan hanya menunggu materi dan
informasi dari guru, tetapi berdasarkan pada usaha sendiri untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikannya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya.
3.2 Saran
Strategi ini
dapat diterapkan di semua mata pelajaran dan guru harus mampu memilih dan
menerapkannya sesuai dengan kriteria PBM yang ada agar proses pembelajaran
dengan mwnggunakan strategi ini berjalan dengan lancar
DAFTAR
PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2013), Desain Sistem
Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika aditama
Al Muchtar, Suwarma. (2000), Strategi
Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: PPS UPI
Ngalimun. (2014), Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja
Rusman. (2013), Model-Model
Pembelajaran. Bandung: RajaGrafindo Persada
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar