Jumat, 27 November 2015

Makalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Besed Learning)

MAKALAH
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Besed Learning)




DISUSUN OLEH
         1.      GHEA LUCKI UTAMI   (A1E013035)
       


DOSEN PEMBIMBING
Drs. INDRA SAKTI LUBIS, M.Pd








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

KATA PENGANTAR
                           
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perangkat Pembelajaran Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu tahun ajaran 2015/2016.
Makalah ini berhasil penulis selesaikan sesuai waktu yang direncanakan berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.      Orang tua dan seluruh keluarga yang tiada jemu mengobarkan semangat penulis untuk selalu belajar maupun menyelesaikan makalah ini.
2.      Bapak Drs. Indra Sakti Lubis, M.Pd yang telah memberikan materi dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3.      Teman-teman kelas A Pendidikan Fisika 2013 dan semua pihak yang  turut andil dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, hal itu karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam menghasilkan makalah pada masa yang akan datang. Penulis berharap makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya.


Bengkulu, November 2015


Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................          i
DAFTAR ISI..............................................................................................          ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................          1
1.2  Rumusan Masalah............................................................................          2
1.3 Manfaat............................................................................................          3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Model Pembelajaran.......................................................          4
2.2  Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)............          4
2.3  Landasan Filososfis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.........          5
2.4  Landasan Psikologis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah........          5
2.5  Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah..............................          5
2.6  Konsep Dasar dan Karakteristik Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM)................................................................................          9
2.7  Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah..........................          14
2.8  Proses Belajar Berbasis Kognitif......................................................          15
2.9  Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah...................          15
2.10        Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah........................................................................................          16
2.11        Pembelajaran Berbasis Masalah dan e-Learning..........................          16
2.12        Keunggulan PBM dipaparkan Kemendiikbukbud (2013b).........          16
2.13        Beberapa elemen penting dalam PBM........................................          17
2.14        Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.........          18
2.15        Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan,
dan Dampak Model Pembelajaran Berbasis Masalah..................          18
2.16        Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah...........................          21
2.17        Teori Belajar yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran
Berbasis Masalah.........................................................................          23
2.18        Petunjuk Bagi Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah...................................................          24
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan.......................................................................................          26
3.2  Saran.................................................................................................          27
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................          28


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas di arahkan kepada kemampuan untuk anak menghafal informasi.
Strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas proses pembelajaran adalah melalui strategi pembelajaran berbasis masalah. Strategi ini dapat menjadi pilihan metodik bagi para guru.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memberikan kesempatan pada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang hasrus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dalam penerapan Strategi Berbasis Masalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah , walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penhayatan secara internal akan problem yang dihadapi. PBM diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka PBM merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, mislnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup memecahkan masalah.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka PBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gar-gara ia tidak sanggup memecahkan masalah.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang diangkat dari makalah ini adalah :
1.      Apakah pengertian strategi pembelajaran berbasis masalah (PBM) ?
2.      Bagaimana Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
3.      Bagaimana landasan filosofis strategi pembelajaran berbasis masalah ?
4.      Apakah landasan psikologis strategi pembelajaran berbasis masalah ?
5.      Apa saja hakikat model pembelajaran berbasis masalah ?
6.      Apa saja konsep dasar dan karakterisitik strategi pembelajaran berbasis masalah (PBM) ?
7.      Bagaimana peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
8.      Bagaimana Proses Belajar Berbasis Kognitif ?
9.      Bagaimana Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
10.  Apakah pengaruh Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ?
11.  Apakah hubungan Pembelajaran Berbasis Masalah dan e-Learning ?
12.  Apa saja keunggulan PBM dipaparkan Kemendiikbukbud (2013b) ?
13.  Apa saja elemen penting dalam PBM ?
14.  Bagaimana pengaruh pengalaman siswa dalam pembelajaran berbasis masalah ?
15.  Bagaimana implementasi model, prinsip reaksi, sistem lingkungan, dan dampak model pembelajaran berbasis masalah ?
16.  Bagaimana sintaks model pembelajaran berbasis masalah ?
17.  Apa saja Teori Belajar yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ?
18.  Bagaimana Petunjuk Bagi Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ?

1.3  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan kepada mahasiswa sebagai calon guru untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Model Pembelajaran
Model – model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip – prinsip pembelajaran, teori – teori psikologis, sosioligis, analisis system, atau teori – teori lain yang mendukung (Joyce & Weil:1980). Joyce & Weil mempelajari model - model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tesebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan – bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis masalah.
           
2.2  Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan aktivitas belajar siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Di sini guru berperan sebagai pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan siswa, dan penentu arah belajar siswa.

2.3  Landasan Filosofis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka PBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. Dari mulai masalah yanng sederhana sampai kepada masalah yang kompleks, dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. PBM inilah yang diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2.4  Landasan Psikologis Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Dilihat dari aspek psikologi belajar PBM berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Malalui pross ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

2.5  Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah yang (selanjutnya disebut PBM) berakar dari keyakinan John dewey bahwa guru harus mengajar dengan menarik naluri alami siswa untuk menyelidiki dan menciptakan. Deway menulis bahwa pendekatan utama yang seyogyanya digunakan untuk setiap mata pelajaran disekolah adalah pendekatan yang mampu merangsang pikiran siswa untuk memperoleh segala keterampilan belajar yang bersifat nonskolastik. Berdasarkan keyakinan ini, pembelajaran hendaknya senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa karena konteks alamiah ini memberikan sesuatu yang dapat dilakukan siswa, bukan sesuatu yang harus dipelajari, sehingga hal ini akan secara alamiah menuntut siswa berfikir dan mendapatkan hasil belajar yang alamiah pula.
Berdasarkan pandangan tersebut, PBM selanjutnya berkembang menjadi sebuah model pembelajaran yang berbasiskan masalah sebagai hal yang muncul pertama kali pada saat proses pembelajaran. Masalah tersebut disajikan sealamiah mungkin dan selanjutnya siswa bekerja dengan masalah yang menuntut siswa mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuannya sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan kemampuan belajarnya. konsep pembelajaran ini selanjutnya dipandang sebagai konsep pembelajaran yang sangat sesuai dengan tuntutan belajar abad ke-21 yang mengharuskan siswa senantiasa mengembangkan kemampuan berfikir, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan melaksanakan penelitian sebagai kemampuan yang diperlukan dalam konteks dunia yang cepat berubah.
Bertemali dengan uraian diatas, Delisle (1997:6) menyatakan bahwa PBM merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pelajaran. Model ini memfasilitasi siswa berperan aktif didalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi kontekstual, memecahkan masalah, dan menyajikan solusi masalah tersebut.
Kemendikbud (2013b) memandang PBM suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik dengan rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, PBM dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Secara lebih luas, Oon-seng Tan (2004:7) berpendapat bahwa PBM merupakan model pembelajaran difokuskan untuk mengembangkan kemampuan siswa berfikir secara visibel. seperti halnya inovasi pedagogis yang lain, PBM tidak dikembangkan atas dasar teori-teori belajar atau teori-teori psikologi, meskipun proses PBM mencakup penggunaan metokognisi dan self-regulation. PBM diakui hasil pengembangan pendekatan pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana masalah-masalah yang tidak terstruktur (masalah dunia nyataa atau simulasi masalah yang kompleks) digunakan sebagai titik awal dan jangkar untuk proses pembelajaran. Bertemali dengan masalah yang disajikan dalam pembelajaran ini, Jonassen (2011) menyatakan bahwa PBM merupakan model yang sangat efektif untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang hukum sebab akibat sebagai hukum dasar berfikir ilmiah sehingga siswa akan mampu belajar dan mentransfer berbagai keterampilan dalam memecahkan masalah.
Torp dan Sage (2002) memandang PBM merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar beroleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks. PBM juga dapat dipandang sebagai organisasi kurikulum dan model pembelajaran yang memiliki tiga karakteristik utama, yakni :
1.    Melibatkan siswa sebagai stakeholders dalam situasi bermasalah
2.    Mengatur kurikulum disekitar masalah holistik yang diberikan sehingga memungkinkan siswa belajar dengan cara-cara yang relevan dan terhubung dengan masalah
3.    Menciptakan lingkungan belajar tempat guru melatih siswa berfikir dan melakukan penelitian serta memfasilitasi siswa beroleh pemahaman yang mendalam.
Bertemali dengan hal ini, Oon-Seng Tan (2009) memandang PBM sebagai metodologi pembelajaran yang berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai perubahan pengetahuan berbasis perkembangan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, PBM merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar disekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri.
Dalam PBM masalah kehidupan nyata yang kompleks digunakan untuk memotivasi siswa untuk mengidentifikasi dan meneliti konsep dan prinsip yang dibutuhkan untuk mengetahui dan memecahkan maslah tersebut. Siswa bekerja dalamtim belajar, menyatukan keahlian kolektif yang dimiliki, berkomunikasi, dan mengintegrasikan informasi. Bertemali dengan konsep ini, Duch, Groh dan Allen (2001), model ini diorientasikan agar siswa mampu :
a.    Berfikir kritis, menganalisis, serta memecahkan masalah kehidupan yang kompleks.
b.    Menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan berbagai sumber belajar.
c.    Bekerja secara koperatif dalam tim
d.   Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi secara efektif baik komunikasi lisan maupun tulisan.
e.    Menggunakan materi pembelajaran dan keterampilan intelektual yang diperoleh selama proses pembelajaran sebagai bekal belajar sepanjang hayat.
Sejalan dengan orientasi diatas, PBM memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.    Masalah menjadi titik awal pembelajaran
b.    Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat kontekstual dan otentik
c.    Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat secara multiperspektif
d.   Masalah yang digunakan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta kompetensi siswa
e.    PBM berorientasi pada pengembangan belajar mandiri
f.     PBM memanfaatkan berbagai sumber belajar
g.    PBM dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan aktivitas kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif
h.    PBM menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan meneliti, memecahkan masalah, dan penguasaan pengetahuan
i.      PBM mendorong siswa agar mampu berfikir tingkat tinggi : analisis, sintesis, dan evaluatif
j.      PBM diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar, daan kajian proses pembelajaran
Sejalan dengan karakteristik diatas, PBM dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang memiliki banyak keunggulan.

2.6  Konsep Dasar dan Karakterisitik Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahan baru yang ada didunia nyata. Pendekatan PBM berkaiatan dengan penggunaan intelegensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.
Hasil pendidikan yang diharapkan  meliputi pola kompetensi dan intelegensi yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berfikir yang lebih tinggi pula. Guru juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat digunakan ditempat kerja. Guru akan gagal apabila mereka menggunakan proses pembelajaran yang tidak mempengaruhi pembelajaran sepanjang hayat (life long education).
Boud dan Feletti (1997) mengemukakan bahwa PBM adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan Margetson (1994) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.
1.    Masalah, pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kekuatan Masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berfikir dengan cara yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara memandang suatu permasalahan.
Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah. Pada umumnya pendidikan dimulai dengan masalah, dilanjutkan dengan menentukan masalah, dan penggunakan berbagai dimensi berfikir.

Masalah dan Pedagogi
Menurut Shulman (1991) Pendidikan merupakan proses membantu orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana menghubungkan kesulitan merekan dengan teka-teki yang berguna untuk membentuk masalah.

Masalah dan Multiple Perspective
Dalam memecahkan permasalahan yang ada didunia nyata, kita perlu menyadari baghwa seluruh proses kognitif dan aktivitas mental yang terlibat didalamnya. Otak bekerja dengan siklus tertentu dan literasi dari berfikir sistematis, sistematik, analisis general, dan divergen.
Abad ke-21 ditandai dengan tingginya konektivitas karena realita yang tidak dapat dipisahkan. Isu-isu yang berada didunia nyata merupakan disiplin silang dan melibatkan perspektif yang saling berhubungan. Kita membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan dari setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.

Teori Belajar, Konstruktivisme dan pembelajaran Berbasis Masalah
Dari segi pedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme (Schmidt, 1993; Savery dan Duffy, 1995; Hendry dan Murphy, 1995) dengan ciri :
a.    Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.
b.    Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
c.    Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kognisi
Pedagogi pembelajaran berbasis masalah membantu untuk menunjukan dan memperjelas cara berfikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat didalamnya. PBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Inovasi PBM menggabungkan penggunaan dari akses e-learning, interdisipliner kreatif, penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu.

2.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000)
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a.         permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b.         permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak terstruktur
c.         permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective)
d.        permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
e.         belajar pengarahan diri menjadi hal utama
f.          pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM
g.         belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif
h.         pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i.           keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar
j.           PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar
Studi kasus pembelajaran berbasis masalah meliputi :
1.    penyajian masalah
2.    menggerakkan inqury
3.    langkah-langkah PBM
a.    analisis inisial
b.    mengangkat isu-isu belajar
c.    iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah
d.   integrasi pengetahuan baru
e.    penyajian solusi dan evaluasi

Alur proses pembelajaran berbasis masalah

Gambar 1. keberagaman pendekatan PBM

PBM digunakan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai apakah berkaitan dengan :
1.      penguasaan isi pengetahuan yang bersifat multidisipliner
2.      penguasaan keterampilan proses dan disiplin heuristic
3.      belajar keterampilan pemecahan masalah
4.      belajar keterampilan kolaboratif
5.      belajar keterampilan kehidupan lebih luas
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat diartikan sebagai rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBM, yaitu :
1.      PBM merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBM siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.      Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mengkin ada proses pembelajaran.
3.         Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertent; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan PBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Pemasalahan tersebut dapat diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.

2.7  Peran Guru dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Menyiapkan Perangkat Berfikir Siswa
a.       membantu siswa mengubah cara berfikir
b.      menjelaskan apakah PBM itu, pola apa yang akan dialami siswa
c.       memberi siswa ikhtisar siklus PBM, siklus, dan batasan waktu
d.      mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan harapan
e.       menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang
f.       membantu siswa merasa memiliki masalah
2.      Menekankan Belajar Kooperatif
Bray, dkk (2000) menggambarkan inquiry kolaboratif sebagai proses dimana orang melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting.
3.      Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
4.      Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah

2.8    Proses Belajar Berbasis Kognitif
3        Memfasilitasi Berfikir
4        Menengahi Belajar dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
                                          
2.9.Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Akar desain masalah
Akar desain masalah adalah masalah rill berupa kenyataan hidup, seperti halnya penugasan terhadap permesianan dalam rangka menghadapi tuntutan perkembangan industri.
Menurut Michael Hicks (1991), ada empat yang harus diperhatikan ketika membicarakan masalah :
a.       memahami maslah
b.      kita tidak tahu bagaimana memecahkan masalah tersebut
c.       adanya keinginan memecahkan masalah
d.      adanya keyakinan mampu memecahkan masalah tersebut
2.      Menentukan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disipin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah.
3.      Desain Masalah
Desain masalah memiliki ciri-ciri :
a.       Karakteristik
b.      Konteks
c.       Sumber dan lingkungan belajar
d.      presentasi

2.10     Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kurikulum dalam PBM meliputi :
1.      Mega Level (the way)
2.      Makro Level (the what)
3.      Mikro Level (the low)

2.11     Pembelajaran Berbasis Masalah dan e-Learning
1.      Pembelajaran Berbasis Masalah dan Sistem Manajemen Belajar
2.      Inovasi e-Learning
Beberapa landasan prinsip penggunaan PBM dalam e-Learning :
a.       menggunakan kekuatan masalah yang rill untuk membangkitkan motivasi
b.      mengkondisikan lingkungan kaitannya dengan informasi global
c.       mendorong proses pemanfaatan dan pengembangan belajar e-learning
d.      menekankan pada pemecahan masalah dan pembuatan keputusan daripada bahan belajar
e.       menyediakan sistem dalam kolaborasi
f.       optimis dalam menggunakan struktur yang fleksibel
g.      mengembangkan evaluasi dan kritik terhadap sumber informasi

2.12     Keunggulan PBM dipaparkan Kemendiikbukbud (2013b) sebagai berikut :
a.    Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi tempat konsep diterapkan.
b.    Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
c.    PBM dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Beberapa keunggulan PBM juga dikemukakan oleh Delisle (1997) sebagai berikut :
a.    PBM berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna
b.    PBM mendorong siswa untuk belajar secara aktif
c.    PBM mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar secara interdisipliner
d.   PBM memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya
e.    PBM mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif
f.     PBM diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan

Selain beberapa keunggulan diatas, keunggulan PBM dapat ditambahkan beberapa hal sebagai berikut :
a.    PBM mampu mengembangkan motivasi belajar siswa
b.    PBM mendorong siswa untuk mampu berfikir tingkat tinggi
c.    PBM mendorong siswa mengoptimalakan kemampuan metakognisinya
d.   PBM memiliki pembelajaran menjadi bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri

2.13     Dalam menerapkan PBM diperlukan beberapa elemen penting PBM. Beberapa elemen penting dalam PBM adalah sebagai berikut :
a.    Situasi bermasalah disajikan pertama dan berfungsi sebagai pusat pengorganisasian dan konteks belajar. Situasi bermasalah memiliki karakteristik umum tidak terstruktur, sering berubah dan bertambah informasinya, tidak dapat diselesaikan dengan mudah atau hanya dengan satu rumus tertentu, dan tidak menghasilkan satu jawaban yang benar.
b.    Siswa sebagai pemecah maslah yang aktif dan guru sebagai pelatih kognitif dan metakognitif
c.    Adanya kegiatan berbagai informasi, pengembangan pengetahuan secara mandiri oleh siswa, tantangan performa, dan tes berfikir.
d.   Digunakannya penilaian otentik baik untuk proses maupun hasil pembelajaran.
e.    Unit pembelajaran PBM tidak selalu interdisipliner tetapi selalu integratif.

2.14     Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian adalah :
1.      memperkirakan kesiapan siswa, meliputi dasar pengetahuan, kedewasaan berfikir, dan kekuatan motivasinya
2.      mempersiapkan siswa dalam hal cara berfikir dan kemampuan dalam rangka melakukan pekerjaan secara kelompok, membaca, mengatur waktu, dan menggali informasi
3.      merencanakan proses dalam bentuk langkah-langkah dalam cyle problem based learning
4.      menyediakan sumber bimbingan yang tepat, menjamin bahwa ada akhir yang merupakan hasil akhir

2.15     Implementasi Model, Prinsip Reaksi, Sistem Lingkungan, dan Dampak Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.    Implementasi Model
Pelaksanaaan penerapan PBM dalam pembelajaran membutuhkan waktu antara 70-140 menit yang berlangsung dalam 1-3 kali pertemuan. Untuk efektifitas pelaksanaannya, jadwal pembelajaran dilaksanakan 2 kali dalam seminggu. Dalam implementasikannya guru dan siswa harus memiliki kemampuan berfikir kritis, berfikir kratif, terampil berkomunikasi, dan memiliki semangat dan motivasi bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif. selama penerapan model, guru harus mencatat berbagai aktivitas dan hasil kerja siswa untuk mengatur dan mengikat pola berfikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba mempengaruhi siswa secara psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas dengan baik. Sebagai tambahan, guru juga harus memberikan dorongan kepada siswa yang kurang bersemangat beraktivitas sehingga siswa mampu membangun perspektif yang segar pada masalah yang dibahasnya.
b.    Prinsip reaksi
Reaksi guru yang harus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran telah diuraikan terpadu dengan sintaks PBM. Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa reaksi utama yang harus diberikan adalah guru harus senantiasa membangkitkan motivasi belajar, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan produktif, dan membiasakan siswa bekerja secara kooperatif, kolaboratif, dan komunikatif.
c.    Sistem Lingkungan
Guna menerapkan model ini, sistem lingkungan belajar yang diharapkan tersedia adalah ketersediaan kasus yang bisa dipecahkan secara multiperspektif, media dan sumber belajar yang relevan, lembar kerja proses yang lengkap secara individu dan kelompok, dan situasi pembelajaran yang mendukung. Yang tidak kalah pentingnya adalah siswa harus menyadari benar peran dan tugasnya selama pembelajaran yang meliputi :
1.    Mengoptimalkan kemampuan berfikir, keterampilan berkrasi, dan motivasi belajar dan kerja.
2.    Terbuka terhadap ide, konsep, gagasan, dan masukan baru
3.    Siap bekerja sama secara kolaborasi dan kooperatif
4.    Mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi baik intrakelompok maupun antar kelompok
d.   Dampak yang diharapkan
PBM dikembangkan dengan harapan memberi dampak instruksional berupa :
1.    Peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran.
2.    Pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik.
3.    Peningkatan kemampuan siswa dalam berfikir kritis, kreatif, dan inovatif.
Dampak penyertanya ialah dalam hal :
1.    Mengembangkan karakter siswa, antara lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis serta etis.
2.    Membentuk kecakapan hidup pada diri siswa.
3.    Meningkatkan sikap ilmiah.
4.    Membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan berkolaborasi/bekerja sama. secara visusal, dampak penerapan model ini dapat digambarkan sebagai berikut.


Gambar 2.7.1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa tahapan PBM adalah sebagai berikut :
a.    Prapelajaran
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru disebelum pembelajaran inti dimulai. Pada tahap ini guru merancang mempersiapkan media dan sumber belajar, mengorganisasikan siswa, dan menjelaskan prosedur pembelajaran.
b.    Fase 1 : Menemukan Masalah
Pada tahap ini siswa membacakan masalah yang disajikan guru secra individu. Berdasarkan hasil membaca siswa menuliskan berbagai informasi penting, menemukan hal yang dianggap sebagai masalah, dan menentukan pentingnya masalah tersebut bagi dirinya secara individu. Tugas guru pada tahap ini adalah memotivasi siswa untuk mampu menemukan masalah.
c.    Fase 2 : Membangun Struktur Kerja
Pada tahap ini siswa secara individu membangun struktur kerja yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. upaya membangun struktur kerja ini diawali dengan aktivitas siswa mengungkapkan apa yang mereka ketahui tentang masalah, apa yang ingin diketahui dari masalah, dan ide apa yang digunakan untuk memecahkan masalah. Hal terakhir yang harus siswa lakukan pada tahap ini adalah merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Tugas guru dalam tahap ini adalah memberikan kesadaran akan pentingnya rencana aksi untuk memecahkan masalah.
d.   Fase 3 : Menetapkan masalah
Pada tahap ini siswa menetapkan masalah yang dianggap paling penting atau masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan nyata. Masalah tersebut selanjutnya dikemas dalam bentuk pertanyaan menjadi sebuah rumusan masalah. Bentuk rumusan masalah berisi masalah utama yang ada dan bagaimana memecahkannya. Tugas guru pada tahap ini adalah mendorong siswa untuk menemukan masalah utama dan membantu siswa menyusun rumusan masalah.
e.    Fase 4 : Mengumpulkan Berbagai Informasi
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan pengumpulan data melalui kegiatan penelitian atau sejenis lainnya. Berdasarkan informasi yang telah siswa peroleh secra individu, selanjutnya siswa berbagi informasi tersebut dengan temannya dalam kelompok yang telah ditetapkan.
f.     Fase 5 : Merumuskan Solusi
Pada tahap ini siswa secara berkelompok mencoba melakukan merumuskan solusi terbaik bagi pemecahan masalah yang dihadapi. Proses perumusan solusi dilakukan secara kolaboratif dan kooperatif dengan menekankan komunikasi efektif dalam kelompok. Semua solusi yang mungkin dituliskan oleh masing-masing anggota dan kemudian ditampung oleh seorang siswa yang ditunjuk dalam kelompok. tugas guru adalah memastikan proses kelompok terjadi secara kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif.
g.    Fase 6 : Menentukan Solusi Terbaik
Pada tahap ini siswa menimbang kembali berbagai solusi yang dihasilkan dan mulai memilih beberapa solusi yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah. Tugas guru adalah meyakinkan siswa pentingnya meninjau ulang dan menimbang keefektifan solusi yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya.
h.    Fase 7 : Menyajikan Solusi
Pada tahap ini perwakilan siswa tiap kelompok memaparkan hasil kerjanya. Pemaparan dilanjutkan dengan diskusi kelas dengan dimoderatori dan difasilitatori oleh guru. Pada tahap ini guru juga melakukan penilaian terhadap performa atau produk yang dihasilkan oleh siswa.
i.      Pascapembelajaran
Pada tahap ini guru membahas kembali masalah dan solusi alternatif yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam prosesnya guru membandingkan antara solusi satu dengan solusi lain hasi pemikiran siswa atau juga dibandingkan dengan solusi secara teoritis yang telah ada

2.17     Teori Belajar yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Teori belajar bermakna dari David Ausubel
Ausubel (Suparno, 1997) membedakan anatara belajar bermakna (meaningfull learning) dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengann struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
2.      Teori Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu beruusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengetahuan baru. Ibrahim dan Nur (2000: 19) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan  struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain.
3.      Teori Belajar Jerome S. Bruner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar  penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktiif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilakan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1989: 103).
        Bruner juga menggunakan konsep Scaffolding dan interaksi sosial dikelas maupun diluar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.

2.18     Petunjuk Bagi Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Hamzah (2003) guru berperan mengantarkan siswa memahami konsep menyiapkan situasi dengan poko bahasan yang diajarkan. Selanjutnya siswa mengkonstruksikan sebanyak mungkin masalah untuk meningkatkan pengembangan pemahaman konsep, aturan dan teori dalam memecahkan masalah.
Menurut Hamzah (2003) tugas Guru dalam PBM yaitu :
a.       Guru hendaknya menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan self regulated dalam belajar pada diri siswa berkembang
b.      Guru hendaknya selalu mengarahkan siswa mengajukan masalah, atau pertanyaan atau memperluas masalah
c.       Guru hendaknya menyediakan beberapa situasi masalah yang berbeda-beda, berupa informasi tertulis, benda manipulatif, gambar atau lainnya
d.      Guru dapat memberikan masalah yang berbentuk open-ended
e.       Guru dapat memberikan contoh cara merumuskan dan mengajukan masalah dengan beberapa tingkat kesukaran, baik tingkat kesulitan pemecahan masalah
f.       Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pelajaran yang berbentuk dialog antara siswa mengenai materi pelajaran dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru
















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari PBM. Pertama, PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi PBM adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBM tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pembelajaran, akan tetapi melalui PBM siswa berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Pendekatan PBM berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok/lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual.
Penerapan PBM dalam pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai seorang fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari setiap bagian dan konsep PBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan berfikir siswa.
Siswa juga harus siap untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa menyiapkan diri untuk mengoptimalkan kemampuan berfikir melalui inquiry kolaboratif dan kooperatif dalam setiap tahapan proses PBM.
Masalah yang dibahas harus relevan dengan tuntutan kehidupan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. PBM dapat memanfaatkan fasilitas e-learning secara kolaboratif dalam proses pemecahan masalah.
Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada siswa, salah satunya PBM, perlu ditingkatkan karena tantangan kehidupan masalah sekarang dan masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut setiap orang secara individual menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Penguasaan kemampuan dari keterampilan lebih efektif apabila individu, khususnya siswa dapat mengalaminya sendiri, bukan hanya menunggu materi dan informasi dari guru, tetapi berdasarkan pada usaha sendiri untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya.

3.2 Saran
Strategi ini dapat diterapkan di semua mata pelajaran dan guru harus mampu memilih dan menerapkannya sesuai dengan kriteria PBM yang ada agar proses pembelajaran dengan mwnggunakan strategi ini berjalan dengan lancar












DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2013), Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika aditama
Al Muchtar, Suwarma. (2000), Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: PPS UPI
Ngalimun. (2014), Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja
Rusman. (2013), Model-Model Pembelajaran. Bandung: RajaGrafindo Persada

       Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LDS Tumbukan

LEMBAR DISKUSI SISWA (LDS) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/Semester        : X / II Materi Pokok          : Impuls dan Momentum Jud...